Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 3, No.6, Juni 2022

 

AKTIVITAS ANTIALOPESIA SEDIAAN HAIRTONIC DARI BERBAGAI TANAMAN

 

Arum Hasanah, Dikdik Caesar Barkah, Dinda Aisyah, Nia Yuniarsih

Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Email: fm19.arumhasanah@mhs.ubpkarawang.ac.idfm19.dikdikbarkah@mhs.ubpkarawang.ac.id, fm19.dindaaisyah@mhs.ubpkarawang.ac.id, nia.yuniarsih@ubpkarawang.ac.id

 

artikel info

abstraK

Diterima:

14 Juni 2022

Direvisi:

18 Juni 2022

Dipublish:

25 Juni 2022

Rambut merupakan bagian tubuh yang sering disebut sebagai mahkota oleh setiap manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan. Namun, permasalahan yang dapat terjadi pada rambut jika tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan salah satunya ialah kerontokan. Kerontokan pada rambut merupakan masalah utama, dalam berpenampilan. Karena memiliki rambut yang sehat dan indah dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam berpenampilan. Penggunaan hair tonic saat ini merupakan sebuah keharusan jika untuk mencegah atau memperbaiki kerusakan pada rambut, karena hair tonic merupakan sediaan kosmetik berbentuk cair yang terdiri dari bahan kimia dan atau bahan lainnya yang dapat digunakan untuk membantu memperbaiki, menguatkan dan menjaga kondisi rambut.  hair tonic adalah produk untuk perawatan terhadap kerontokan pada rambut yang aman dan tidak menimbulkan iritasi. Berbagai ekstrak tumbuhan diformulasikan untuk mengatasi kerontokan rambut sebagai alternatif dari hair tonic berbahan sintetik yang dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan berbagai macam tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan sediaan kosmetik hair tonic. Hasil dari kajian artikel menunjukkan bahwa Pada bagian tumbuhan berbagai tanaman yang sangat berpotensi sebagai anti alopesia untuk sediaan hair tonic ialah daun bidara, daun mangkokan, daun seledri, bunga sepatu dan kemiri dengan menunjukkan efektivitas pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan rambut dalam kurun waktu 4-8 minggu.

 

ABSTRACT

Hair is a part of the body that is often referred to as a crown by every human being given by God. However, problems that can occur in hair if not treated properly can cause one of them is hair loss. Hair loss is a major problem, in appearance. Because having healthy and beautiful hair can increase a person's confidence in appearance. The use of hair tonic today is a must if it is to prevent or repair hair damage, because hair tonic is a liquid cosmetic preparation consisting of chemicals and/or other ingredients that can be used to help repair, strengthen and maintain hair condition. hair tonic is a product for the treatment of hair loss that is safe and does not cause irritation. Various plant extracts are formulated to treat hair loss as an alternative to synthetic hair tonics which can cause side effects. Therefore, this review article aims to inform various kinds of plants that can be used as ingredients for making hair tonic cosmetic preparations. The results of the study of the article show that in various plant parts of plants that have the potential as anti-alopecia for hair tonic preparations are bidara leaves, kukukan leaves, celery leaves, hibiscus flowers and candlenut by showing the effectiveness of hair growth and preventing hair loss within a period of 4-8 days. week.

 

Kata Kunci:

 hair tonic; alopecia; tanaman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:  hair tonic; alopecia; plant.


 

Pendahuluan

Rambut memiliki peranan penting bagi setiap makhluk hidup dilihat dari fungsinya rambut mempunyai peranan dalam proteksi terhadap lingkungan yang merugikan, seperti suhu panas atau dingin, dan polusi udara. Pada pria maupun wanita rambut mempunyai peranan yang sangat penting bagi penampilan, karena dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dengan rambut yang sehat memiliki ciri-ciri berkilau dan tebal. Disisi lain terdapat masalah yang cukup mengkhawatirkan pada rambut antara lain rambut kusam, rambut kusut, rambut berminyak, rambut beruban, rambut bercabang, dan yang paling parah rambut rontok yang berlebihan.

Berdasarkan survey oleh jurnal nasional mendapatkan sebanyak 36 persen wanita dan 16 persen pria di Indonesia mengalami masalah kerontokan rambut (Kartiasih, 2011). Rambut rontok merupakan fase alami yang akan terjadi bagi semua orang, karena rambut memiliki siklus. Siklus pertumbuhan rambut normal terdiri atas tiga fase, yaitu yaitu fase pertumbuhan (anagen), fase istirahat (katagen), fase rontok (telogen) (Darajati & Ambari, 2021). Menurut (Rashati & Eryani, 2019) rata-rata orang kehilangan 50-100 helai rambut setiap hari karena kerontokan, tetapi hampir semua rambut yang rontok akan tumbuh kembali dan berganti dengan rambut yang baru. Namun demikian, jika kerontokan rambut lebih dari 100 helai perhari dan terjadi secara terus menerus, maka hal tersebut merupakan ciri rambut tidak sehat.

Kerontokan rambut dapat dicegah melalui pengobatan, baik dari luar maupun dalam. Pengobatan dari luar dapat dilakukan dengan cara terapi topikal menggunakan salep/larutan atau menggunakan kosmetik perawatan untuk menyuburkan rambut serta mengatasi kerontokan. Jenis kosmetik untuk perawatan rambut yang efektif mengatasi kerontokan dan menyuburkan rambut yaitu  hair tonic, karena kandungan ekstrak yang terdapat di dalam  hair tonic lebih selektif dibandingkan pada sampo atau jenis kosmetik lain, dikarenakan lama waktu kontak kulit kepala yang cukup lama dan tidak dibilas dengan air seperti sampo (Rashati & Eryani, 2019).

Produk kosmetik yang banyak beredar di masyarakat umumnya mengandung zat aktif sintetik. Untuk mencegah efek samping penggunaan produk sintetik, masyarakat beralih menggunakan produk dengan zat aktif herbal. Karena penggunaan obat sintetik dapat menimbulkan efek samping, sehingga untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan pengobatan alternatif menggunakan tanaman herbal. Tanaman yang digunakan sebagai penumbuh rambut secara alami mudah untuk diperoleh (Hendriani et al., 2019).

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah, terutama dari segi keanekaragaman floranya. Beberapa tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk merangsang pertumbuhan rambut dan banyak didasarkan secara ilmiah (Dinda et al., 2020). Banyak bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk bahan aktif pembuatan sediaan kosmetik hair tonic. Pada penelitian ini akan memaparkan informasi mengenai tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan aktif pembuatan sediaan kosmetik hair tonic.

 

 

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dengan cara mencari jurnal ilmiah dengan tema sediaan  hair tonic antialopecia dari berbagai jurnal yang diperoleh merupakan jurnal nasional ber ISSN, dari berbagai website jurnal yang diterbitkan secara online dan merupakan jurnal nasional 10 tahun terakhir yang diperoleh dari google scholar. Setelah itu menentukan jurnal utama dan jurnal pendukung yang akan digunakan. Jurnal yang digunakan sebagai jurnal utama yaitu jurnal yang hasil uji nya akan ditampilkan dalam penelitian ini dengan tema sediaan  hair tonic alopecia dari berbagai tanaman, sedangkan jurnal pendukung yaitu jurnal yang dapat mendukung hasil data uji-uji dari jurnal utama dan mendukung pustaka dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini akan membahas mengenai tanaman yang digunakan sebagai sediaan  hair tonic untuk alopecia. Sudah banyak penelitian yang mengkaji tentang kebotakan dan kerusakan rambut dengan aktivitas antialopecia pada tanaman, namun masing-masing penelitian hanya berfokus pada satu atau dua tanaman yang bisa dijadikan sebagai aktivitass antialopecia. Penelitian yang dilakukan oleh Sahira & Darusman yang berjudul Review Sediaan Hair Tonic Herbal dengan Pembawa Minyak Untuk Rambut Rontok tentang kajian beberapa tanaman herbal yang dapat dikombinasikan dengan coconut oil untuk digunakan sebagai formulasi sediaan hair tonic penumbuh rambut. Novelty pada review ini yaitu kajian mengenai beberapa tumbuhan herbal dan buah-buah an yang lebih banyak dari penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai aktivitas antialopecia pada rambut.

 

 

 

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

1.     Daun Bidara (Ziziphus  Nummularia)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Daun Bidara (Ziziphus Nummularia) merupakan marga Ziziphus yang banyak berkembang di India Barat, Pakistan, Iran, Asia Selatan serta Afrika Utara. Tumbuhan ini merupakan semak yang bisa menggapai sebesar 3 meter lebih, serta bercabang membentuk belukar. Bunganya kecil kekuningan dengan diameter kurang lebih 3 milimeter. Buahnya mempunyai kandungan asam 0, 13–1, 42% dengan isi gula mencapai 3, 1–14, 5%. Daunnya semacam Z. jujuba namun pada Z. nummularia ada rambut halus menyamai beludru di bagian permukaan atas. Wujud daunnya membulat sampai oval, bagian permukaan atas daun mengkilap dengan bagian permukaan dasar bercorak agak putih sebab rambut halus, dan pinggir daun bergerigi (Sativa et al., 2021; Zandifar et al., 2020). Ada pun efektivitas  hair tonic dari ekstrak daun bidara dalam memicu perkembangan rambut kelinci terpaut dengan isi squalene sebagai antioksidan serta antiinflamasi yang bisa membatasi tekanan pikiran oksidatif pada sel papila rambut (Sonia & Singh, 2019).

Terdapat Hasil penapisan fitokimia pada penelitian (Sativa et al., 2021) diketahui bahwa Ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus Nummularia) mengandung senyawa alkaloid, Flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan fenol yang dimana dapat digunakan sebagai bahan dasar  hair tonic, khususnya kandungan Flavonoid karena mempunyai antioksidan tinggi. Formula terbaik untuk dikembangkan sebagai  hair tonic adalah ekstrak etanol daun bidara 3% yang dapat merangsang pertumbuhan rambut sampai 10,67 ± 1,15 mm selama 28 hari tanpa menimbulkan adanya iritasi terhadap kulit kelinci (Sativa et al., 2021). Kandungan senyawa siklopeptida alkaloid dalam daun bidara adalah sebagai antiinflamasi dan antioksidan yang berpotensi untuk menyembuhkan inflamasi pada sel otot polos pembuluh darah penderita aterosklerosis (Fardoun et al., 2017) dan mempercepat pada penyembuhan luka (Fardoun et al., 2017; Yusufoglu et al., 2015), kemudian pada Uji aktivitas  hair tonic ekstrak daun bidara terhadap pertumbuhan rambut kelinci mengikuti metode Tanaka (Romeilah et al., 2021).

 

2.     Daun Mangkokan (Polyscias Scutellaria)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Daun mangkokan (Polyscias Scutellaria) merupakan tanaman yang begitu banyak digunakan sebagai tanaman pagar rumah atau tanaman hias. Batang dan daun mangkokan mengandung kalsium oksalat, fosfor, besi, lemak, protein, serta vitamin A, B1 dan C (5), diketahui ekstrak daun mangkokan memiliki efek menyuburkan rambut yang optimal pada konsentrasi 7,5% dalam sediaan gel (Nusmara, 2012). Kandungan metabolit sekunder daun mangkokan berperan dalam merangsang pertumbuhan rambut. Alkaloid yang merupakan metabolit sekunder yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dan memperbesar tangkai rambut karena suplai zat makanan bertambah (Samarinda & Indriyani, 2018). Ekstrak daun mangkokan dengan perbandingan konsentrasi (7,5:2,5) % b/v mempunyai aktivitas terbaik dalam pertumbuhan rambut kelinci. Berdasarkan hasil penelitian (Samarinda & Indriyani, 2018). didapatkan hasil pengukuran panjang rambut kelinci pada minggu ketiga dapat terlihat jelas bahwa hair tonic kombinasi ekstrak daun mangkokan dengan perbandingan konsentrasi (5:5; 7,5:2,5 dan 2,5:7,5) % b/v memiliki kemampuan menstimulasi pertumbuhan rambut bila dibandingkan dengan kontrol normal.

 

3.     Daun Waru (Hibiscus Tiliaceus L)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Daun waru mempunyai kandungan fenol, Flavonoid, dan saponin. Dimana setiap kandungan tersebut memiliki fungsi masing-masing. Fenol memiliki aktivitas keratolitik dan disinfektan. Flavonoid berfungsi sebagai mempercepat pertumbuhan rambut dan mengurangi kerontokan. Sedangkan saponin mampu menghasilkan busa yang dapat berfungsi sebagai pembersih (Setyowati et al., 2019). Daun waru (Hibiscus tiliaceus L) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Kandungan daun waru diantaranya senyawa saponin, Flavonoid, polifenol, dan tanin. Saponin memiliki kemampuan untuk membentuk busa sehingga mampu membersihkan kulit dari kotoran serta sifatnya sebagai konteriritan. Flavonoid yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan antivirus yang dapat menekan pertumbuhan bakteri dan virus, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan. Oleh karena itu, daun waru dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan shampoo dan  hair tonic untuk mengurangi rambut rontok (Setyowati et al., 2019). Kemudian hasil penelitian (Hidayah et al., 2020) bahwa formulasi  hair tonic dalam pengujian penampilan serta aroma memiliki keterangan baik, menarik dan tidak menyengat. Selain itu, dapat memenuhi persyaratan dalam pengujian pH, homogenitas, stabilitas dan viskositas. Dimana pH yang baik untuk kulit yaitu berkisar 4.5 - 6.5. pH sediaan tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan kulit iritasi dan jika pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik. Syarat pH sediaan hair tonic menurut SNI 164955-1998 yaitu berkisar 3.0 - 7.013.

 

4.     Daun Seledri (Apium Graveolens Linn)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Daun Seledri (Apium graveolens Linn) ialah tumbuhan yang banyak ditemukan serta umumnya sering digunakan sebagai bahan makanan ataupun sayuran. Seledri juga memiliki natrium, vit A serta B, kalsium, serta zat besi yang memiliki keahlian buat menyuburkan perkembangan rambut, menghitamkan rambut, serta menghindari kerontokan rambut (Hindun et al., 2017). Pengujian aktivitasnya dengan mengukur pertumbuhan rambut pada kelinci. Hasil penelitian menunjukan ekstrak seledri mempunyai aktivitas sebagai pertumbuhan rambut dan karakteristik warna hijau pekat, bau khas, homogen, pH 4,6, viskositas 10, bobot jenis 0,973 g/ml dan efektif sebagai pertumbuhan rambut 1,890 mm dalam 28 hari (Hindun et al., 2017). Pemilihan sediaan hair tonic karena sediaan ini memiliki keuntungan dari segi kemudahan dalam penggunaan dan tidak terasa lengket. Perbandingan konsentrasi ekstrak daun seledri yang digunakan adalah (5:5; 7,5:2,5 % b/v).

 

5.     Daun Pare (Momordica Charantia)

 

Dokumentasi Pribadi

Kandungan kimia daun pare yang berkhasiat dalam pengobatan adalah saponin, Flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearate. Flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai autofagus atau insektisida dan mempengaruhi sistem saraf. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak daun pare 

memiliki kemampuan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak daun pare tua maupun daun pare muda memiliki nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yang sama yaitu 1000 ppm. Hasil penelitian sediaan hair tonic yang mengandung 4% ekstrak daun pare ditunjukkan dapat meningkatkan pertumbuhan rambut pada tikus putih. Hal ini dibuktikan pada pada minggu ke-3 diketahui aktivitas pertumbuhan rambut tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif (minoksidil). Hasil Pertumbuhan rambut pada penelitian (Hendriani et al., 2019) sudah terlihat pada minggu pertama diperoleh data rata-rata panjang rambut kontrol normal yaitu 2,97 ± 0,82 mm, Ekstrak Daun Pare 3,10 ± 0.61 mm.

 

6.     Wortel (Daucus Carota L.)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Wortel merupakan bahan pangan yang kaya akan vitamin A yang mengandung beta karoten, berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kerusakan sel, dapat menjaga kesehatan mata, kulit, dan mampu menutrisi kulit kepala dan rambut agar tetap sehat. Oleh karena itu wortel dapat digunakan karena mengandung vitamin A untuk pertumbuhan dan perawatan rambut. Pertumbuhan rambut sudah terlihat pada minggu pertama diperoleh data rata-rata panjang rambut kontrol normal yaitu 2,97 ± 0,82 mm, Ekstrak Wortel 2,88 ± 0,53 mm. Peningkatan pertumbuhan terbesar terjadi pada kelompok hair tonic kombinasi dengan konsentrasi 3% dan kontrol positif. Perhitungan secara statistik data berdistribusi normal namun tidak homogen (Hendriani et al., 2019).

 

7.     Lidah Buaya (Aloe vera)

Dokumentasi Pribadi

 

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tumbuhan hijau yang menyerupai kaktus, bagian dalamnya bening berupa gel yang bersifat getah dan tepi daun bergerigi (Rusdiana, 2018). Ekstrak lidah buaya (Aloe vera) mengandung zat‑zat yang bermanfaat untuk mengurangi kerontokan rambut seperti vitamin A, C, asam amino, Cu, Inositol, enzim, mineral yang berfungsi sebagai antioksidan yang baik untuk menjaga kesehatan kulit kepala dan rambut serta sebagai stimulant yang merangsang pertumbuhan rambut. Lidah buaya (Aloe vera) mempunyai sifat anti-inflamasi yang mampu melumpuhkan Androgenetic alopecia penyebab kerontokan rambut. Berdasarkan uji kimia terhadap kandungan yang dilakukan pada sediaan  hair tonic X3 dengan proporsi ekstrak lidah buaya 5 ml dapat diketahui bahwa X3 mempunyai kandungan vitamin A sebesar 11,81 mg/100 ml, asam amino sebesar 9,50 mg/100 ml, vitamin B5 sebesar 2,45 mg/100 ml, dan vitamin C sebesar 4,80 mg/100 ml. Dengan demikian dikatakan bahwa kandungan nutrisi yang ada dalam  hair tonic X3 masih ada dan tidak hilang setelah melalui proses ekstraksi dengan menggunakan dua fase yaitu fase air dan fase alcohol (Rusdiana, 2018).

 

8.     Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata Laurentii)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Lidah mertua merupakan tanaman alami yang banyak dijumpai disekitar kita. Tanaman ini sering sekali digunakan sebagai bahan aktif pada kosmetika kulit serta rambut karena manfaatnya yang baik untuk tubuh, salah satu manfaatnya adalah nutrisi yang membantu menyuburkan rambut dan mencegah kerontokan (Nurjanah & Krisnawati, 2014). Dari penelitian yang dilakukan oleh (Nurjanah & Krisnawati, 2014), hasil hair tonik yang dilakukan hair tonik dengan proporsi daun lidah mertua (53ml : 27 ml) dengan kriteria berwarna coklat, muda dan tampak bening, beraroma menthol khas daun lidah mertua. Komposisi yang digunakan adalah ekstrak daun seledri, dan daun lidah mertua yang efektif terhadap rambut rontok dengan perbandingan ekstrak daun seledri lebih besar daripada daun lidah mertua (Nurjanah & Krisnawati, 2014). Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data (observasi, lembar panduan wawancara), uji validitas expert judgment, teknik perhitungan warna, arona, variasi proporsi hair tonik, dianalisis menggunakan deskriptif persentase serta perhitungan pengaruh bahan terhadap kerontokan menggunakan anava tunggal (SPSS versi 21) (Nurjanah & Krisnawati, 2014).

 

9.     Daun Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Bunga sepatu merupakan tanaman yang bisa dijumpai dimana saja karena bisa tumbuh secara liar. Bunga sepatu mengandung Flavonoid, sianidin‑3,5 diglukosida, cyanidin-3-sophorosida-5 glukos ida, kuersetin‑3‑7‑diglukosida, dan kuersetin-3 diglucosida (Hindun et al., 2019). Berdasarkan hasil penelitian (Widodo & Purba, 2020) menunjukkan bahwa bunga sepatu memiliki aktivitas pemacuan pertumbuhan rambut dengan kandungan minoksidil sebanyak 2% selama 42 hari pemantauan dengan kandungan etanol sebanyak 2,5% dan 5%, sedangkan bunga sepatu dengan ekstrak etanol 100% memiliki aktivitas lebih signifikan dibanding hair tonik dengan kandungan minoksidil 2% (Widodo & Purba, 2020).

 

 

 

 

 

 

10.  Daun Singkong (Manihot Esculenta)

 

Dokumentasi Pribadi

Daun singkong dipilih karena sifatnya yang menyuburkan rambut, mencegah kerontokan, membuat rambut jadi mengkilap, harum dan menutrisi sampai ke akar (Febriani et al., 2016). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah skrining fitokimia menggunakan kelinci umur 4-5 bulan sebagai hewan coba (Tambusai et al., 2021).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Tambusai et al., 2021) menunjukkan aktivitas yang positif untuk meningkatkan pertumbuhan panjang rambut dengan kombinasi air mawar. Ekstrak daun singkong yang digunakan 5-7,5% dengan kombinasi air mawar 10%, menghasilkan panjang rambut sebesar 0,30mm.

 

11.  Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Tanaman yang digunakan kali ini adalah bandotan atau suku kenikir-kenikiran, termasuk dalam keluarga tanaman urang-aring yang mampu menumbuhkan rambut. Bandotan merupakan tanaman liar yang tumbuh subur di Indonesia dengan kandungan fitokimia yang cukup lengkap (Utami, 2012). Metode yang digunakan meliputi determinasi tanaman daun bandotan, skrining fitokimia (Fitriani et al., 2021). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fitriani et al., 2021), ekstrak daun bandotan yang digunakan sebanyak 1600gr dengan teknik maserasi dan etanol 96% sebagai rendaman menunjukan hasil aktivitas pertumbuhan rambut yang yang baik. Formulasi 20% memiliki aktivitas kontrol positif yang sebanding dengan pertumbuhan rambut (Fitriani et al., 2021).

 

12.  Kemiri (Aleurites Moluccana)

 

Dokumentasi Pribadi

 

Kemiri merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, yang sering digunakan untuk mengatasi permasalahan rambut mulai dari kerontokan hingga kesulitan untuk tumbuh (Nurjanah & Krisnawati, 2014). Dalam satu biji kemiri mengandung minyak 50-60%, minyak lemak tak jenuh yang tinggi seperti yang terdapat pada buah alpukat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Shoviantari et al., 2019) menggunakan metode penetapan nanoemulsi minyak, pengukuran droplet dengan hasil penelitian nya adalah nanoemulsi minyak kemiri dengan kadar 5% dapat mempercepat pertumbuhan dan ketebalan rambut dibandingkan minyak kemiri konvensional (Shoviantari et al., 2019).

 

Kesimpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanaman yang bisa digunakan untuk sediaan hair tonic sebagai anti alopecia atau untuk mencegah kerontokan rambut dan menjaga kesehatan rambut, sebagai alternatif dari sediaan hair tonic berbahan sintetik yang dapat menimbulkan efek samping. Menunjukan tanamanan serta buah yang digunakan sangat berpotensi untuk anti alopesia dengan beragam pengujian yang dilakukan. Pada bagian tumbuhan berbagai tanaman yang sangat berpotensi sebagai anti alopesia untuk sediaan hair tonic ialah daun bidara, daun mangkokan, daun seledri, bunga sepatu dan kemiri dengan menunjukkan efektivitas pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan rambut dalam kurun waktu 4-8 minggu.

 

Bibliografi

Darajati, W. P., & Ambari, Y. (2021). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan  hair tonic Ekstrak Daun Cabai Rawit (Capsium Frutescent L). Dengan Variasi Propilenglikol Dan Etanol 96%. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika (J-PhAM), 3(2), 151–160. Google Scholar

Dinda, S., Ghosh, S., & Chatterjee, N. Das. (2020). Understanding the commercialization patterns of non-timber forest products and their contribution to the enhancement of tribal livelihoods: an empirical study from Paschim Medinipur District, India. Small-Scale Forestry, 19(3), 371–397. Google Scholar

Fardoun, M., Al-Shehabi, T., El-Yazbi, A., Issa, K., Zouein, F., Maaliki, D., Iratni, R., & Eid, A. H. (2017). Ziziphus  Nummularia inhibits inflammation-induced atherogenic phenotype of human aortic smooth muscle cells. Oxidative Medicine and Cellular Longevity, 2017. Google Scholar

Febriani, A., Elya, B., & Jufri, M. (2016). Uji Akvitas dan Keamanan  hair tonic Ekstrak Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) pada Pertumbuhan Rambut Kelinci. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 8 No. 1 Januari 2016. Google Scholar

Fitriani, K., Slamet, S., Pambudi, D. B., & Waznah, U. (2021). Aktivitas Pertumbuhan Rambut  hair tonic Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Pada Kelinci Jantan (Oryctolagus Cuniculus). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 1194–1204.  Google Scholar

Hendriani, I. N., Tamat, S. R., & Wibowo, A. E. (2019). Uji Aktivitas Sediaan  hair tonic Kombinasi Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia) dan Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) pada Kelinci Jantan New Zealand White. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 6(2), 140–147. Google Scholar

Hidayah, R. N., Gozali, D., Hendriani, R., & Mustarichie, R. (2020). Formulasi dan Evaluasi Sediaan  hair tonic Anti Alopesia. Majalah Farmasetika, 5(5), 218–232. Google Scholar

Hindun, S., Akmal, A., Najihudin, A., & Sari, N. (2017). Formulation of  hair tonic Combination of Celery and Green Tea Leaves Ethanolic Extract for Rabbit Hair Growth. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 8(1), 21–33. Google Scholar

Hindun, S., Akmal, A., Najihudin, A., & Sari, N. (2019). Formulasi Sediaan  hair tonic Kombinasi dari Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L.) dan Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (L) Kuntze) sebagai Penumbuh Rambut Kelinci. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 8(1), 21–33. Google Scholar

Kartiasih, W. (2011). Awas Ancaman Rambut Rontok. Online),(http://www. jurnas. com/halaman/5/2011-11-20/189272, diakses 12. Google Scholar

Nurjanah, N., & Krisnawati, M. (2014). Pengaruh  Hair Tonic Lidah Mertua (Sanseviera Trifasciata Prain) dan SELEDRI (Apium graveolens Linn) †Untuk Mengurangi Rambut Rontok. Beauty and Beauty Health Education, 3(1). Google Scholar

Nusmara, K. G. (2012). Uji stabilitas fisik dan aktivitas pertumbuhan rambut tikus putih dari sediaan  hair tonic yang mengandung ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia). Skiripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Permadi, Adi.(2006). Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya, 35. Google Scholar

Rashati, D., & Eryani, M. C. (2019). Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Shampo Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr) Dengan Berbagai Variasi Viscosity Agent. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 1(1), 56–63. Google Scholar

Romeilah, R. M., El-Beltagi, H. S., Shalaby, E. A., Younes, K. M., El Moll, H., Rajendrasozhan, S., & Mohamed, H. (2021). Antioxidant and cytotoxic activities of Artemisia monosperma L. and Tamarix aphylla L. essential oils. Notulae Botanicae Horti Agrobotanici Cluj-Napoca, 49(1), 12233. Google Scholar

Rusdiana, I. (2018). Pengaruh Proporsi Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) dan Madu Sebagai Bahan Aktif  hair tonic. Jurnal Tata Rias, 7(2). Google Scholar

Samarinda, S. J. A., & Indriyani, R. (2018). Formulasi dan uji pertumbuhan rambut kelinci dari sediaan  hair tonic kombinasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn) dan daun mangkokan (Polyscias Scutellaria (burm. f.) fosberg). Google Scholar

Sativa, N., Noviyanti, N. F. N., Pratiwi, R. A., & Hindun, S. (2021). Formulasi dan Uji Aktivitas Tonik Rambut Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus  Nummularia) pada Kelinci. Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat, 32(1), 40–51. Google Scholar

Setyowati, U., Marwiyah, M., & Widowati, T. (2019). Efektivitas Daun Waru Sebagai Bahan Dasar Shampoo Daun Waru Untuk Mengurangi Rambut Rontok. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 7(1), 74–78. Google Scholar

Shoviantari, F., Liziarmezilia, Z., Bahing, A., & Agustina, L. (2019). Uji aktivitas tonik rambut nanoemulsi minyak kemiri (Aleurites moluccana L.). Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6(2), 69–73. Google Scholar

Sonia, S., & Singh, S. K. (2019). Phytoconstituents of Ziziphus  Nummularia (Burm. f.) Wight & Arn. leaves extracts using GC-MS spectroscopy. Res. Rev. J. Life Sci, 9, 109–118. Google Scholar

Tambusai, S. R., Meliala, D. I. P., & Damayanti, D. (2021). Processing And Evaluation Of Tonic Hair Extract Of Singkong Leaves (Manihot Esculenta Crantz): Combination Of Rose Water Squeezed (Rossa Sp) In Male Rabbits. JURNAL BIOSAINS, 7(3), 127–132. Google Scholar

Utami, P. (2012). Antibiotik alami untuk mengatasi aneka penyakit. AgroMedia. Google Scholar

Widodo, S., & Purba, A. V. (2020). Pengembangan Sediaan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) dan Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) untuk Pertumbuhan Rambut Kelinci. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(12), 1735–1753. Google Scholar

Yusufoglu, H., Alam, A., & Al-Howeemel, A. (2015). Pharmacognostic and Preliminary Phytochemical Standardization of Tamarixaphylla and Ziziphus nummulariagrowing in Saudi Arabia. Asian Journal of Biological and Life Sciences, 4(1). Google Scholar

Zandifar, K., Badi, H. N., Mehrafarin, A., & NOHOOJI, M. G. (2020). The phytochemical and morphological diversity analysis of Ziziphus  Nummularia (Burm. f.) Wight & Arn. populations in South of Iran. Notulae Botanicae Horti Agrobotanici Cluj-Napoca48(2), 588–603. Google Scholar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Copyright holder:

Arum Hasanah, Dikdik Caesar Barkah, Dinda Aisyah, Nia Yuniarsih (2022)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: